Di abad ke 17, di Eropa dikenal tindak kejahatan
penculikan anak-anak yang dilanjutkan dengan membentuk mereka menjadi makhluk
aneh. Tindak kejahatan ini disebut “Comprachicos”, dimana anak-anak tadi
dihambat pertumbuhannya dengan dipasangi topeng besi permanen atau dibentuk
dengan sengaja untuk selanjutnya dijual kepada para bangsawan, sebagai mahluk langka.
“The Man in the Iron Mask” karya Alexander Dumas adalah gambaran tentang Comprachicos di masa itu dimana seorang anak diculik dan kemudian dipasangi topeng besi.
Contoh lain pad “The Man Who Laughs” karya Victor Hugo, menceritakan tentang
seorang anak yang selalu tersenyum karena wajahnya dibentuk demikian akibat Comprachicos.
Di usia 25 tahun, ia dipecat dari ketentaraan, selain itu ia telah dipermalukan, patah semangat, tanpa harapan, tanpa uang.
Di ujung semua itu, berniat bunuh diri dengan meloncat dari sebuah jembatan.
Namun sebelum niat tersebut terjadi, seorang teman datang dan membujuknya untuk membatalkan niat tersebut. Sang pemuda pun membatalkan bunuh diri, dan memulai hidup baru.
Hanya dalam waktu setahun setelah rencana bunuh diri itu, ia berhasil meniti kembali karir militernya yang telah hancur, dan berhasil menjadi jenderal termuda dalam Dinas Ketentaraan Perancis. Kemenangan besar dapat
dicapainya justru saat ia memimpin prajurit-prajurit lelah yang kelaparan (dimasa inilah ia berkata “prajurit berjalan di atas perutnya”).
Di kemudian hari ia menaklukkan seluruh Eropa daratan.
Ia adalah Napoleon Bonaparte.
“The Man in the Iron Mask” karya Alexander Dumas adalah gambaran tentang Comprachicos di masa itu dimana seorang anak diculik dan kemudian dipasangi topeng besi.
Contoh lain pad “The Man Who Laughs” karya Victor Hugo, menceritakan tentang
seorang anak yang selalu tersenyum karena wajahnya dibentuk demikian akibat Comprachicos.
Di usia 25 tahun, ia dipecat dari ketentaraan, selain itu ia telah dipermalukan, patah semangat, tanpa harapan, tanpa uang.
Di ujung semua itu, berniat bunuh diri dengan meloncat dari sebuah jembatan.
Namun sebelum niat tersebut terjadi, seorang teman datang dan membujuknya untuk membatalkan niat tersebut. Sang pemuda pun membatalkan bunuh diri, dan memulai hidup baru.
Hanya dalam waktu setahun setelah rencana bunuh diri itu, ia berhasil meniti kembali karir militernya yang telah hancur, dan berhasil menjadi jenderal termuda dalam Dinas Ketentaraan Perancis. Kemenangan besar dapat
dicapainya justru saat ia memimpin prajurit-prajurit lelah yang kelaparan (dimasa inilah ia berkata “prajurit berjalan di atas perutnya”).
Di kemudian hari ia menaklukkan seluruh Eropa daratan.
Ia adalah Napoleon Bonaparte.